Thursday, March 10, 2011

Semoga Tuhan Memberikan Kekuatan Kepada Kita

Oleh: Udi Sukrama

Saat merasa penat dengan berbagai masalah yang selalu berputar di kepala (terutama masalah ekonomi), saya mencoba menghibur diri dengan mendengarkan musik. di ruangan. Tiba-tiba, terdengar ketukan beberapa kali dari luar pintu kamar sehingga mengusik keasyikan saya. Ternyata, ibu yang selalu mencucikan pakaian saya. Ia datang dengan maksud meminjam uang untuk mengobati anaknya ke dokter. Saya merasa iba dan memberikan sejumlah uang kepadanya, namun tetap saja di dalam hati saya sedikit menggerutu karena persediaan uang mulai menipis.
Kemudian,saya mencoba melepaskan rasa penat itu dengan berjalan-jalan ke daerah alun-alun Bandung. Langsung saja saya meluncur dengan menaiki angkot yang terkadang membuat kesal karena terlalu lama menunggu penumpang. Padahal, isi kanan dan bangku angkot sudah cukup lumayan terisi penumpang. Saya cukup bersabar walaupun dongkol. Akhirnya, saya sampai juga di daerah alun-alun Kota Bandung. “Alhamdulillah, sampai juga di alun-alun,” dalam hati saya.
Sejenak saya duduk dan bersandar di bawah pohon yang rindang di alun-alun. Ya, cukup lumayan menghilangkan rasa penat saya ini. Sayup-sayup saya mendengar lagu yang dinyanyikan oleh beberapa para pengamen cilik yang berkumpul dan bernyanyi. Jarak mereka sekitar 7 atau 5 meter dari tempatku duduk. Lagu yang mereka nyanyikan itu cukup familiar di telingaku, “Andai ku Gayus Tambunan ..Yang bisa pergi ke Bali…..Semua keinginannya bisa terpenuhi….dan seterusnya…”
Saya tertarik untuk mendengarkan dan mengamati mereka menyanyi, meski dari jarak yang berjauhan, namun dapat menghibur hati. Di sana, saya lihat juga dua orang pengamen perempuan cilik yang berumur sekitar 7- 8 tahun yang sedang makan nasi sebungkus berdua. Miris sekali melihatnya, andaikan saja mereka adalah anak-anak ataupun adik saya, tentu tidak akan saya biarkan mereka seperti itu. Saya menyadari, di tengah kondisi seperti ini mereka memilih mencari makan dengan mengamen. Akan tetapi, justru dengan pilihannya itu, mereka dapat bertahan hidup dibandingkan dengan orang-orang yang putus asa sehingga mengakhiri hidupnya karena tekanan ekonomi atau kesulitan ekonomi.
Data WHO pada 2007 menunjukan ada 50.000 orang di Indonesia yang bunuh diri karena miskin. Saat ini mungkin juga akan semakin bertambah, jika kemiskinan itu selalu menghantui. Entah mengapa saya berpikir, “ Ke mana sanak keluarga, kerabat, tetangga, sahabat dan teman mereka hingga mereka dapat memilih jalan itu? Atau mungkin juga mereka bernasib sama?” Semoga Tuhan memberikan kekuatan kepada kita agar tegar dalam mengarungi problematika hidup. Amin…..

No comments: