Friday, March 11, 2011

Pengemis yang Dermawan

Oleh: Udi Sukrama

Sore itu, saya memasuki lokasi terminal Leuwi Panjang dengan tergesa-gesa. Sesampainya di muka terminal, banyak para penjaja oleh-oleh khas Bandung menawarkan jajaannya kepada saya, namun tidak saya hiraukan. Bahkan, saya tidak sengaja memperlihatkan wajah masam kepada mereka sambil menggeleng-gelengkan kepada bertanda "tidak". Saya langsung saja menuju sebuah tempat yang bertuliskan "TOILET atau WC UMUM". Nah, itulah alasan saya mengapa berjalan tergesa-gesa dan tidak menyadari telah bermuka masam kepada para penjaja, tidak lain merasakan perut mulas. Setelah memasuki sebuah ruangan yang sempit dan berbau pesing, saya jongkok sambil melepaskan amunisi yang tertahan sejak masih naik mobil angkutan kota. Akhirnya, plong juga rasanya setelah melepaskan amuni yang tertahan. Tiba-tiba, saya mendengar percakapan yang sepertinya dilakukan oleh dua orang di balik tembok toliet. Kebetulan WC yang saya masuki adalah WC yang terletak di pojok dan bersebelahan dengan tembok luar, jadi bisa terdengar orang-orang berbicara di balik tembok.

"Man, dapat untung berapa hari ini?" tanya salah seseorang di balik tembok itu.
"Ah, lumayan sampai siang tadi dapat 350 ribu, euy....Alhamdulillah, Dang," kata salah satunya lagi.
"Wah, lumayan juga ya? Saya kurang beruntung hari ini baru dapat 180 ribu, Man," kata Dadang.
"Wah, sing sabar atuh, mungkin besok bisa dapat yang lebih besar lagi, Dang," kata Maman kepada teman bicaranya itu.
"Eh, kamu sudah udahan gitu, kok tercium minyak wangi sih, Man?" tanya Dadang.
"Ah, Dang. Saya mah ga mau ngoyo dipaksainlah, besok juga rezeki ga ke mana-mana. Saya mau pulang dulu nih ke istri yang kedua di Pulo Gadung. Sudah dua Minggu saya ga ke sana," kata Maman.
"Memangnya kamu sudah punya uang berapa berani pulang ke istri keduamu?" tanya Dadang.
"Ya, lumayanlah.....Cuma 4 juta aja," kata Maman.
"Iyalah, musti adil, masa istri pertamamu saja yang diberi uang setiap Minggu," kata Dadang.
Saya berkata dalam hati," Wih, hebat benar kedua orang ini penghasilannya sangat berlebih di banding saya sebagai karyawan di perusahaan". Saya menebak, pastinya kedua orang ini pedagang atau pemilik toko oleh-oleh khas Bandung, atau mungkin juga pedagang lainnya. Saya salut juga pada mereka karena mampu menafkahi kedua istrinya dengan materi yang bagi saya cukup banyak untuk waktu 2 Minggu.
Setelah saya selesai membuang amunisi, lalu saya keluar Toilet tersebut. Saya juga agak penasaran dengan pembicaraan dua orang tadi di luar, di balik Toilet Umum. Saya melihat seorang pengemis buta setengah baya dan seorang anak sekitar berumur 12 tahun sedang duduk di bangku papan panjang sebelah Toilet, juga saya melihat seorang paruh baya melintas membawa tas, sambil mengucapkan salam kepada kedua orang yang duduk di bangku panjang tersebut. "Oh, mungkin kedua orang yang berbicara tadi sudah pergi, tapi ngapain juga saya penasaran...hehhehehe," saya berkata dalam hari sambil tersenyum kecil.
Setelah saya masuk di dalam bis jurusan Bandung-Pulo Gadung, kondisi bangku hampir terisi semua. Saya melihat ada satu bangku yang kosong di antara satu bangku yang saling bersebelahan. Saya duduk persis di depan pintu belakang bis itu. Oh, ternyata saya berdekatan dengan orang yang mengucapkan slam kepada pengemis buta tadi. Orang ini terlihat berpenampilan rapi, ditambah juga jam tangan dan handphone blackberry di tangan kanannya.
Saat itu, saya juga kesal karena bis belum juga berangkat, sementara tukang penjaja makanan kecil dan minuman lalu-lalang di dalang bis, membuat sumpek keadaan di sana. Lalu, terlihat pula seorang pengemis buta yang tadi saya lihat dekat Tolilet. Perlahan, pengemis itu menghampiri para penumpang satu persatu hingga sampai di barisan kursi yang saya duduki. Kemudian, dia menadahkan tangan kepada saya dan orang yang ada di sebelah saya. Saya langsung saja memberikan uang seribu rupiah yang telah saya siapkan karena saya merasa iba dengan pengemis itu. Sementara, orang di sebelah saya sibuk mengambil dompet di saku belakang celana jeansnya. Kemudian, orang itu mengeluarkan uang 20 ribuan untuk diberikan kepada pengemis itu. Saya berpikir, jarang sekali orang memberikan uang sebesar itu kepada pengemis, pastinya orang ini sangat dermawan di daerahnya.
Ketika orang yang itu memberikan uangnya itu, lalu ia berkata,"Nih, saya bantu kamu 20 ribu rupiah saja, biar uangmu bertambah, Dang!" kata orang di sebelah saya tadi.
"Eh, kamu Man, disangka sudah berangkat dari tadi. Terima kasih ya, Man. Semoga selamat di perjalanan dan bisa ketemu istri keduamu, ya," kata pengemis buta itu.
"Terima kasih, Dang. Oh, ya saya balik ke Bandung empat hari lagi, Dang," kata orang di sebelah saya. Saat itu, saya tertegun dan saya berkata dalam hati,"Bukankah itu topik pembicaraan kedua orang yang ada di balik Toliet tadi. Selain itu, logatnya juga sama." sesekali saya melirik orang yang ada di sebelah saya yang asyik menekan tombol blackberry miliknya.
Oh My God, jadi kedua orang yang berbicara tadi adalah para pengemis!!! Ini gila, pengemis bisa berpenghasilan sebesar itu dalam satu hari. Rasa tidak percaya saya itu pun membawa saya berpikir keras hingga sampai di Jakarta, dan saya pun menceritakan kejadian itu. Istri saya pun tertawa-tawa mendengarnya.



No comments: