Thursday, March 10, 2011

Hikmah dari suatu Kejadian

Oleh: Udi Sukrama


Sepeda motor melaju dengan cepat, menghindari hari yang semakin gelap. Sementara itu, langit pun mulai tertutup awan hitam. Tetes demi tetes air pun mulai turun dari awan itu, namun tidak lebat. Aku harus terus memacu sepeda motor agar sampai ke tempat tujuan. Suatu tempat di mana aku akan mengais rezeki. Tidak terasa, Kota Bogor pun telah kulalui hingga mulai mendekati daerah Pasar Ciawi. Di sana, seperti biasanya suasana tidak berubah, selalu saja berjibaku dengan kemacetan. "Ah, pastinya di sekitar daerah Puncak, hujan sudah deras," keluhku

Akhirnya, setelah beberapa lama aku pun terbebas dari kemacetan di Pasar Ciawi, Bogor. Perlahan, si kuda besiku mulai menanjak ke arah Cipayung. Aku terus menggeber gas motor, seakan tidak tidak merasa takut akan bahaya yang akan menerpa. Saat itu, speedy motor telah menunjukkan antara 100 km-110 km/ jam kecepatan motorku. Akhirnya, aku sampai juga melampaui daerah Puncak Pass dan selanjutnya melampaui daerah Cipanas dan Cianjur. Saat itu, saya tidak merasa ada hambatan dan masalah sedikit pun. Baru setelah saya melewati daearah Raja Mandala, permasalahan mulai timbul.

Di temgah hujan yang mengguyur deras, saya memaksakan diri untuk terus menggeber si kuda besi. Saat itu, kondisi jalan sangat lengang dari kendaraan besar, saya mencoba neggeber kembali si kuda besiku hingga sampai pada permasalahan mulai muncul. Hujan begitu deras sehingga permukaan jalanan aspal terlihat rata, namun saya tidak menyadari jika jalan yg rata itu sebenarnya tertutup dengan air hujan. Saat melintasi suatu jalan, tiba-tiba ban depan sepeda motorku masuk ke dalam sebuah lubang yang cukup dalam. Saat itu pula aku terlempar jauh dari si kuda besiku. Setelah terlempar jauh, saya baru menyadari bahwa posisi saya berada di tengah jalan besar. Kontan saja, saya menggulingkan bdan hingga sampai ke tepi jalan. Setelah sampai di tepi, terdengarlah suara mesin mobil yang melintas di jalan tersebut, waktunya seakan-akan tidak lama setelah saya berguling. Saat itu, saya langsung teringat kepada anak dan istri serta orang tua saya. Dalam hati saya langsung berdoa kepada tuhan," Ya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Terima kasih atas segala pertolongan dan perlindunganmu hingga hambamu ini bisa selamat dari marabahaya yang lebih parah....Aminnn". Saat itu, datanglah seorang pengendara bermotor menghampiri saya dan menanyakan keadaan saya. Jujur saja, pada saat kejadian saya belum merasakan apa-apa. Sehingga saya mengatakan bahwa kondisi saya, baik-baik saja. Sementara itu, sepeda motor saya mengalami kerusakan, namun masih bisa diggunakan secara pelan-pelan karena kondisi ban dan stangnya sudah tidak normal.

Saya akhirnya sampai juga ke tempat kosan saya. Setelah malam harinya, saya mulai merasakan sakit di bagian dengkul kaki dan pergelangan tangan. Sampai saat ini dengkul kaki saya masih terasa sakit sepertinya tulang dekul saya telah bergeser. Akan tetapi, saya mulai merasakan hikmah dari kecelakaan tersebut bahwa saya harus hati-hati dan menjaga umur yang telah diberikan oleh Allah agar tidak terlewatkan sia-sia. Amiiinnn.


Memori di bulan Juli 2010

1 comment:

murni said...

udi koq yg ini br kebaca ya sama aku duh klo lihat dengar kecelakaan hati rasanya nyeri sesama berkendaraan motor sering bgt aku lihat kecelakaan kadang2 ga kuat melihat darah berceceran dimana2 ... cuma satu pesan q hati2 ya boss ... 3anak dan istri menanti dirumah yg masih sangat butuh kehadiranmu ....