Thursday, March 10, 2011

The Power of Silaturahmi

Oleh: Udi Sukrama

Semalam, ketika jenuh untuk menyelesaikan rutinitas pekerjaan yang tak kunjung rampung, saya mencoba mencari-cari buku kenangan (mungkin orang-orang menyebutnya buku diary, tapi saya lebih suka menyebutnya buku kenangan). Buku kenangan itu, berisikan catatan kecil saya mulai menjadi siswa SMP hingga SMA, yang tersimpan di sudut pojok bawah lemari buku. Terkadang saya tertawa geli jika membaca catatan-catatan kecil itu, ternyata didominasi oleh tulisan tentang kisah asmara dan kisah heroik pribadi lainnya.

Saat saya membolak-balik kembali catatan-catatan kecil itu, tiba-tiba saya teringat beberapa bulan yang lalu seorang teman (Sacroni Hasan, alumni SMP 21 angkatan 90) menelepon agar saya mengingat dan mendoakan teman-teman di SMP 21 dahulu yang telah wafat, di antaranya rekan Denny Kurniawan akibat tertabrak kereta api sekitar tahun 1989. Begitu pula dengan rekan Karlia Ekawati yang menurut informasi seorang teman, ia meninggal dunia saat melahirkan. Saat itu, saya langsung memanjatkan doa kepada Tuhan agar mereka diterima segala amal ibadahnya di dunia dan diberikan tempat yang layak di Sisi-Nya. Seketika muncul pikiran nakal saya dan berkata, "Andai saja peristiwa itu tidak terjadi (bukan bermaksud mendahului ketentuan Tuhan), mereka mungkin dapat bergabung dan ada di antara kita saat ini dan tercatat sebagai alumni SMPN 21". Hmm, inilah kehidupan, pada saatnya nanti kita pun akan mengalami apa yang mereka alami dan tidak dapat menolaknya.
Tanpa bermaksud menggurui, saya hanya sekadar mengulas catatan kecil yang ditulis dalam buku tebal, yang hampir usang. Mungkin saja melalui catatan kecil sederhana ini, saya dapat mengobati kerinduan saya terhadap teman-teman, baik yang masih hidup maupun yang sudah tiada. Saya pun berharap, mudah-mudahan kita masih diberi waktu hingga detik ini, mudah-mudahan dapat menjalin kembali pertemanan dan persaudaraan yang lebih erat lagi. Begitu pula dengan Bapak, Ibu, Kakak, dan sahabat, mungkin pula merasakan hal sama seperti apa yang saya rasakan, yakni kerinduan kepada teman–teman sesama alumni SMP 21. Amin…..
Jika kita mengingat kembali sekitar 20 tahunan sudah (kalau tidak salah) tembok berlin diruntuhkan. Mula-mula tembok ini hanya berupa kawat-kawat berduri saja, tetapi lama-lama dibangun tembok batu yang dilengkapi dengan menara-menara pengawas dan senjata-senjata otomatis bersensor. Pada saat itu, Banyak keluarga yang terpisah akibat pembangunan tembok Berlin. Ada suami-istri yang tinggal di Jerman Barat sementara anak-anak tinggal di Jerman Timur. Ini menyebabkan beban emosi kepada kedua-dua pihak yang terpisah. Keinginan untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarga dan rekan-rekannya. Keinginan ini menjadi emosi positif yang menyebabkan ratusan orang dari Jerman Timur melarikan diri ke Dunia Barat meski nyawa taruhannya.
Berdasarkan fakta tersebut, kita dapat mengambil hikmah bahwa emosi positif ingin berkumpul ini memberikan energi semangat, energi positif, memberikan kekuatan untuk berkumpul dan besilaturahmi. Alangkah dasyatnya kekuatan untuk berkumpul dan bersilaturahmi sehingga memberikan kekuatan kepada mereka untuk bertemu dengan keluarga dan rekan-rekannya.
Bagaimana dengan Anda? Adakah keinginan kuat untuk berkumpul dan bersilaturahmi kembali?

No comments: