Thursday, September 22, 2011

Yuk, Belajar Menulis Cerita Anak!

Oleh: Udi Sukrama


Saat membuka coretan ini, saya yakin, Anda mencari kiat khusus yang jitu untuk menulis cerita anak. Jika itu yang Anda cari, mungkin Anda dapat memperolehnya dari berbagai buku dan artikel lainnya. Sebelumnya, saya hanya ingin mengatakan bahwa saya bukanlah seorang penulis, saya hanyalah orang yang suka membaca cerita anak-anak, baik di buku maupun cerpen pada surat kabar cetak dan noncetak. Akan tetapi, saya juga sering bertanya kepada teman-teman dan beberapa penulis cerita anak sehingga paling tidak saya mengetahui beberapa hal penting dalam penulisan cerita anak.
Dalam tulisan ini, saya hanya memberikan informasi yang pernah disarankan oleh beberapa orang penulis ataupun pencinta buku bacaan anak. Setidaknya ada beberapa poin informasi yang saya anggap penting dalam menulis cerita anak, di antaranya sering membaca buku anak, mengetahui pengonsumsi utama cerita, pilihan kata dan kerumitannya, penokohan cerita, dan pesan yang terkandung dari bacaan.


Siapa Pengonsumsi Utama dari Cerita yang Kita Buat Itu?
Beberapa hal yang terlupakan dalam menulis cerita anak itu, yakni seringkali kita tidak memposisikan diri sebagai anak. Apa maksudnya? Maksudnya, kitaharus mengenal dan memahami tentang dunia anak, karakteristiknya, dan menjelma menjadi mereka. Mengapa harus demikian? Karena dunia anak sangat berbeda sekali dengan dunia kita. Oleh sebab itu, saat kita menulis cerita anak maka posisikanlah diri kita sebagai anak-anak. Terkadang, dalam menulis, kita selalu egois ingin membuat tulisan tersebut sesuai selera dan keinginan kita, bukan kepada selera anak dan peristiwa yang dialami anak-anak dalam keseharian. Misalnya, terkadang saya sering membaca beberapa buku anak yang menggunakan alur sorot balik atau kilas balik. Menurut saya, anak-anak akan sulit sekali memahami dan membingungkan, terutama untuk anak sekitar usia di bawah kelas 3 SD. Alur cerita sebaiknya dirancang secara kronologis, dari awal hingga akhir.

Pilihan Kata dan Panjang-Pendeknya Kalimat
Pilihan kata dalam menulis cerita anak hendaknya jangan menggunakan bahasa yang rumit, apalagi bahasa yang ilmiah sehingga si anak sulit memahaminya. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan kata-kata yang tepat. Selain itu, si penulis juga harus memikirkan panjang atau pendek kalimat dari sebuah paragraf cerita yang dibuat. Jangan sampai, cerita yang dibuat itu membosankan pembaca (anak). Kita harus memahami kemampuan membaca anak, tentunya sangat berbeda dengan kemampuan kita dalam membaca. Jadi, jelas kita harus hal ini harus kita pahami.


Penokohan
Dalam penentuan tokoh anak yang diceritakan, sebaiknya penulis membuat tokoh yang mudah dikenal oleh pembaca (anak) melalaui penggambaran fisik dan kepribadiannya. Biasanya, si penulis memberikan gambaran tokoh anak yang disukai dan digandrungi anak. Tokoh anak dapat disukai, misalnya tokoh anak yang cerdik dan lucu menurut pandangan pembaca (anak). Hal ini membuat anak merasa senang membacanya, bahkan mengidolakannya.


Pesan yang Disampaikan
Dalam menulis cerita anak, tentunya si penulis telah memikirkan pesan apa yang akan diperoleh si anak saat membaca atau setelah membaca buku tersebut. Hal yang perlu diingat bahwa dalam menulis cerita anak, janganlah terkesan menggurui si anak. Biarlah anak memberikan kesimpulannya setelah membaca buku. Dengan demikian, si anak akan menerima pesan moral yang disampaikan oleh si penulis yang mengalir melalui untaian cerita secara tersirat dalam buku.
Nah, itulah beberapa informasi yang menurut saya cukup penting, sebelum kita memulai menulis cerita anak. Mudah-mudahan coretan ini dapat bermanfaat.

No comments: